Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas Siap Perang Panjang Lawan Israel di Gaza
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar menyatakan bahwa kelompoknya siap untuk melanjutkan perang melawan Israel di Jalur Gaza. Menurutnya, Hamas memiliki sumber daya yang cukup untuk terus berjuang, dengan dukungan dari sekutu regional pro-Iran. Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh sebagai pemimpin Hamas yang terbunuh bulan lalu, dan dia menegaskan kesiapan Hamas untuk bertempur dalam konflik yang berkepanjangan.
Pertempuran mematikan terus berlangsung di Jalur Gaza, di mana serangan Israel telah menewaskan sedikitnya dua lusin orang. Meskipun belum ada komentar resmi dari militer Israel, petugas medis dan penyelamat di daerah tersebut telah memberikan informasi mengenai korban tewas akibat serangan tersebut.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, juga mengingatkan bahwa kemungkinan gencatan senjata dengan militan Hizbullah di Lebanon semakin menipis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik regional yang lebih luas. Gallant bahkan menyatakan bahwa Hamas tidak lagi memiliki kekuatan militer di Gaza setelah serangan besar-besaran pada Oktober 2023.
Sinwar juga menyampaikan pesan kepada sekutu kelompok Houthi di Yaman, bahwa mereka bersama-sama akan mematahkan musuh dan mengalahkannya. Dia yakin bahwa kerja sama antara kelompok-kelompok pro-Iran di Gaza, Lebanon, dan Irak akan mampu menghadapi musuh bersama.
Pemerintah Amerika Serikat sedang berusaha untuk menjembatani kesenjangan antara Israel dan Hamas melalui proposal gencatan senjata. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, akan melakukan pertemuan dengan pejabat Mesir untuk membahas upaya gencatan senjata di Gaza. Salah satu poin utama yang masih diperdebatkan adalah tentang pembebasan sandera dan keamanan regional yang lebih luas.
Perang di Gaza telah menimbulkan korban jiwa yang tinggi, dengan ribuan orang tewas dan terluka. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menegaskan bahwa hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina tidak dapat dibenarkan. Dia mengecam serangan teror yang dilakukan oleh Hamas, namun juga menekankan pentingnya menghindari hukuman kolektif terhadap warga Palestina.
Di tengah situasi konflik yang memanas, para penyintas di Gaza terus berjuang untuk bertahan. Mereka harus menyisir puing-puing rumah mereka setelah serangan udara menghancurkan tempat tinggal mereka. Korban tewas dan luka terus bertambah, menunjukkan betapa tragisnya situasi di wilayah tersebut.
Perang Gaza juga telah melibatkan sekutu Hamas di seluruh Timur Tengah, termasuk Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman. Serangan maritim yang dilakukan oleh Houthi telah mengganggu jalur pengiriman global di lepas pantai Yaman. Konflik ini semakin meluas dan semakin kompleks, menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di seluruh wilayah Timur Tengah.
Dalam situasi yang tegang ini, penting bagi semua pihak untuk mencari solusi damai dan mengakhiri pertumpahan darah. Gencatan senjata dan negosiasi adalah langkah-langkah yang harus diambil untuk mengakhiri konflik yang telah menelan banyak korban. Semoga kedamaian dapat segera terwujud di Gaza dan seluruh Timur Tengah.