China Marah, Jenderal Senior AS Sebutkan Rudal Typhon ke Filipina Penting
Seorang jenderal senior Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa pengerahan sistem rudal jarak menengah Typhon ke Filipina, negara tetangga Indonesia, sangat penting. Mayor Jenderal Marcus Evans, komandan Divisi Infanteri ke-25 yang berbasis di Hawaii, mengabaikan kemarahan China atas pengerahan sistem misil canggih tersebut sejak awal tahun ini. Penempatan senjata pertahanan itu memungkinkan pasukan AS dan Filipina untuk melakukan latihan tempur gabungan pada bulan April lalu, mempersiapkan potensi penggunaan persenjataan berat canggih di masa mendatang di negara kepulauan tersebut. Typhon dipandang sebagai bagian penting dari kerja sama militer di kawasan Indo-Pasifik, tempat ketegangan dengan China meningkat.
Evans menyatakan, “Apa yang dilakukan secara kolektif memberi kita kesempatan untuk memahami cara menggunakan kemampuan itu—tantangan lingkungan di sini sangat unik dibandingkan tempat lain di kawasan ini.” Bulan lalu, kepala militer Filipina Jenderal Romeo Brawner Jr mengungkapkan keinginannya agar sistem rudal itu tetap berada di negaranya selamanya. Meskipun awalnya dijadwalkan untuk meninggalkan Filipina, tiga pejabat Filipina baru-baru ini mengumumkan bahwa sistem itu akan tetap ada tanpa batas waktu, meskipun China merasa marah.
Sistem Typhon digunakan untuk menembakkan Standard Missile-6 (SM-6) dan Tomahawk Land Attack Missiles. Kehadiran sistem ini terkait dengan kerja sama pertahanan AS-Filipina yang lebih luas, yang telah direvitalisasi setelah serangkaian perjanjian pertahanan, khususnya Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA) yang ditandatangani pada tahun 2014. EDCA memungkinkan pasukan AS untuk mengakses pangkalan militer Filipina yang ditunjuk secara bergilir.
Evans menjelaskan bahwa kerja sama militer AS-Filipina akan terus meningkat melalui latihan gabungan seperti Salaknib, yang akan menampilkan teknologi canggih AS, yang direncanakan akan dilaksanakan tahun depan. Menurutnya, latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesiapan tempur dan akan diperluas cakupannya. “Secara konseptual, latihan ini dijadwalkan akan menjadi latihan yang lebih besar dan lebih kompleks,” ujar Evans.
China telah menunjukkan keberatannya atas kehadiran sistem rudal AS di kawasan tersebut, menganggapnya dapat merusak perdamaian dan meningkatkan ketegangan. Namun, Evans menegaskan bahwa hubungan militer AS-Filipina akan terus ditingkatkan untuk memastikan pertahanan bersama jika terjadi serangan. “Tugas kami adalah menjadi 1 persen lebih baik setiap hari bersama rekan satu tim tentara Filipina,” kata Evans. “Hubungan yang dibangun, kesiapan yang dikembangkan, seharusnya menghilangkan keraguan tentang pentingnya aliansi kita.”
Dengan adanya kerja sama militer antara AS dan Filipina, diharapkan kedua negara dapat memperkuat pertahanan mereka dan menghadapi tantangan bersama di masa depan. Semoga kerja sama ini dapat membawa keamanan dan stabilitas bagi kedua negara serta kawasan Indo-Pasifik secara keseluruhan.